Jumat, 23 April 2010

Strange


"Ketemuan dimana?"
Sebuah pesan singkat melayang ke inbox Nokia 3315 berwarna biru.
Dengan piawai jempol kanan si empunya menekan keypad handPhone bermaksud menyampaikan pesan balasan.
"NUMBER NOT IN USE"
Sebaris kalimat singkat muncul setelah tanda "send" ditekan.
*123#
requesting.......
................
"Not done"
Sebuah kalimat pendek kembali muncul diikuti suara "Tuut" yang keras.
123 call.....
calling....
"Nomer anda berada dalam masa tenggang, untuk dapat melakukan panggilan keluar silakan lakukan pengisian ulang terimakasih."
Tami, si empunya Handphone, kemudian merogoh saku roknya. Diraihnya sebuah dompet hitam yang berisi benda2 wasiat miliknya, karmas, STNK, SIM, Kartu Perpus, Kartu Parkir, KTP dan Uang sakunya. Dua lembar lima ribuan dan dua lembar duapuluh ribuan.
"Ngak Cukup!" Katanya.
Bergegas dia berpakaian. Rok hitam panjang, kemeja merah hati, kerudung putih polos, dengan kaos kaki putih dan sepatu hitam yang belum sempat disemir. Dihampirinya Astrea Grand tahun 94, milik bapaknya yang diamanatkan untuknya. Setelah lima menit pemanasan langsung dia tancap gas menuju kos-kosan temannya.
Tidak lebih dari dua pulh menit dia sudah menemuai temannya tengah berjalan dengan sebuah helm dalam pelukannya. Memakai jubah biru kembang2, tas biru kotak-kotak dan kerudung putih.
"Tiin tiin..., maaf gakda pulsa, langsung kesana ya?" Tanya Tami pada temannya dan dibalas dengan sebuah anggukan tanda setuju.
"Gimana skripsinya?" Tami kembali bertanya.
"Mandeg." Kata temannya.
"Aku judul aja belum ada, memang gila." Kata Tami.
Beberapa jam berlalu.
Nampak Astrea Grand keluaran tahun 1994 diparkir di depan gedung kemahasiswaan, yang bentuknya agak aneh. Seorang pria setengah baya sedang duduk berhadapan dengan Tami. Sebuah obrolan singkat terjadi diantara keduanya.
"Terereng...tererereng...."
private number
.......
answer
.......
"Halo!"
"Brengsek!" Suara seorang wanita keluar dari Handphone dan..
"braak..." pintu ruangan terbuka. Seorang wanita dengan pistol di tangan kanannya, serta sebuah hapi ditangan kirinya menerobos masuk, Lalu....
"dorrrr..." sebuah peluru ditembakkan, tepat menyerempet bagian atas telinga kiri Tami.
Tidak ada kegaduhan apapun. Tidak ada teriakan. Tidak ada suara mengaduh. Hanya ada suara percakapan wanita berpistol dan laki-laki setengah baya itu. Tami bangun dan mengelus kepalanya, hanya sedikit darah dan sedikit nyeri. Seorang wanita paruh baya menghampirinya, membantu membersihkan lukanya.
Sementara, Pria setengah baya itu mulai tampak kesal dengan obrolan wanita yang membawa pistol, dan bergegas keluar. wanita yang membawa pistol berterik-teriak dan membanting meja, namun nampaknya pria separuh baya itu tidak perduli dan terus menggeloyor keluar. Dia menghapiri Tami yang masih meringis memegangi kepalanya.
"Masih sakit?" Tanyanya.
"Lumayan."jawab Tami.
Dengan sambil menahan rasa perih, Tami menyadari sesuatu pada pria separuh baya itu.
"Baju Bapak bagus, tapi sepertinya belum selesai dibatik ya?" Tanya Tami.
"Biarlah, saya suka model ini." Jawab si pria separuh baya.
"Tapi..." belum sempat tami melanjutkan kalimatnya, wanita berpistol menuju kearahnya. Si pria separuh baya berusaha menghadangnya dan memberi isarat pada Tami untuk segera meninggalkan ruangan.
Tami pun pergi. Segera.
Melangkah menuju pemberhentian bis di Palur. Nampak seorang teman juga tengah menanti bis disana, menuju arah Sragen.
"Ngapain disini?" Tanya Tami pada temannya.
"Nunggu bis." jawab si teman.
"Tapi ka rumahmu di Klaten?" kembali sebuah pertanyaan dilontarkan.
Temannya hanya tersenyum dan tidak menjawab.
Tami kembali berjalan. Namun dari kios seberang jalan sayup2 terdengar teriakan wanita memanggi-manggil namanya. Tami menghentikan langkahnya. menengok mencari-cari sumber suara itu berasal. Matanya mengeriyip, seorang wanita berkulit kuning langsat duduk melambaikan tangannya pada tami sambil terus meneriakkan nama tami.
Sedikit penasaran namun penuh rasa ingin tahu tami menyeberang menuju kios di seberang jalan. didapatinya seorang wanita kuning langsat itu tersenyum padanya. rupanya teman SDnya yang sedikit mengalami gangguan jiwa waktu di SD dulu. Mungkin sekarang sudah sembuh, buktinya dia masih mengingatnya setelah sekian tahun tidak ketemu.
"Piye kabare? wis suwe banget ya. Ki aku karo kanca2ku ning kene." sebuah sapaan hangat menghampiri Tami, lengkap dengan senyuman, pelukan dan cipika cipiki tentunya.
Tami melihat ke sekitar. Didapatinya beberapa temannya. Seorang teman yang dulu bekerja di Batam juga berada di situ, di kios sebelah. Lalu ada juga seorang teman SMP-nya yang beragama nasrani, tapi anehnya dia memakai jilbab dan sedang mengerjakan Sholat di kiosnya.
"Tit tit tit tiiiiiiit......." Mata tami terbuka. Alarm dari Nokia 3315 birunya menyadarkannya dari alam mimpi. Dia mengerjap-ngerjapkan matanya.
"Mengko nggodog wedhang nduk, mak e selak kesusu arep mangkat tandur!" Suara ibunya membuatnnya benar-benar sadar.
Tami tersenyum kecut. CUMA MIMPI... MIMPI YANG ANEH.