Jumat, 23 April 2010

Mas Nyoman in "Obsesi Pembalap"


Bermodal Honda Astrea Grand keluaran tahun 1996 milik bapak semata wayangnya, Mas Nyoman menimba ilmu di sebuah Politeknik swasta di kota Gudeg Ngayogjakarto. Biarpun modelnya sudah tidak up to date lagi, tapi mesinnya tidak kalah kuat dan kenceng dibanding Bebek-bebek baru yang banyak diiklankan di Tivi. Ditambah lagi dengan kemampuan Mas Nyoman yang jebolan STM otomotif, dalam mengutak-atik jika ada masalah dengan motor yang tidak bisa diremehkan. Selain itu, juga dikarenakan jiwa Mas Nyoman yang mencomot kemampuan Valentino Rossi, Dany Pedrosa, Casey Stoner dan Lorenzo, sehingga mampu mengeluarkan performa motor bebek 110cc dalam bentuk motor balab model Ducati dan kawan-kawannya.
Jiwa pembalap Mas Nyoman yang sangat unik dan kemampuan mengutak-atik plus modifikasi ala kadarnya sering kali tidak didukung oleh situasi, sehingga tidak jarang dia harus mengalami hal-hal luar biasa ketika dia berusaha menyalurkan insting membalapnya, disamping prestasi membanggakan yang pernah dia raih. Diantara prestasi-prestasi itu adalah:
"Kebanggaan mengalahkan Honda Revo"
Prestasi membanggakan ini dicatat saat Mas Nyoman hendak pulang kampung ke Sragentina tercinta, karena uang sakunya habis, da berniat untuk meminta pada orang tuanya. Rasa rindu pada saudara-saudaranya serta rasa perih mengirit sebulan di Jogja yang tak tertahankan lagi, membuat Mas Nyoman tidak berpikir panjang untuk tidak pulang.
Bersama teman satu kontrakan yang kebetulan adalah tetangga sekaligus anak dari anaknya adiknya simbah kakung __bingung?__ Mas Nyoman menunggangi Grand '96nya dengan mantap. Sepanjang jalan matanya terus waspada dan bermotor dengan kecepatan ala kadarnya. Namun, semua jalan mencapai tujuan pastilah mengandung Ancaman, Gangguan, Hambatan, dan Tantangan__ini disingkang AGHT, bisa ditemukan dalam pelajaran PKN SMA, Kayaknya?!__ begitu juga dengan Mas Nyoman. Saat dia mencapai sebuah Traffic Light atau dalam bahasa anak gaul lebih dikenal dengan "Bang Jo", (tapi bukan Bang Ricky Jo presenter acara bola lho! tapi singkatan dari abang dan ijo yang merupakan Bahasa Jawa untuk warna Merah dan Hijau, lampu lalu linntas), Mas Nyoman bersebelahan dengan seorang pengendara Revo yang sok gaya. Si pengendara Revo yang lebih dulu kejebak lampu merah, melihat dengan gaya mengejek pada mas Nyoman (kira-kira itu yang diterjemahkan Mas Nyoman dari tatapan dan lirikan penngendara Revo itu). Mas Nyoman yang hatinya memanas karena merasa diremehkan, lalu membunyikan motornya dengan gas kuat-kuat memberi isyarat menantang balapan. Pengendara Revo terpancing dan melakukan hal yang sama, pertanda setuju untuk berduel.
Lampu Hijau menyala dan "weeezzzzzzzz.....!!!"
Kedua motor melaju dengan kencang. Masing-masing pengendaranya mengeluarkan keahliannya untuk menghasilkan performa maksimal dari motornya. Jangan lihat motornya bung, tapi lihat siapa yang bawa motor, kira-kira itulah yang akan diucapkan Mas Nyoman saat dia menang.
"Wuzzzzz...." mirip iklan di Tivi, Revo melaju dengan kencang, jauh meninggalkan Grand mas Nyoman. Tapi, ibarat Valentino Rossi, meskipun dapat start terakhir, posisi nomer satu tetap bisa diraih selagi balapan belum usai. dan...
"Wezzzzz..... thin... thin...!" Mas Nyoman pun tamcap gas pol sehingga motornya melaju dengan sangat kencang. Bahkan helm yang dikenakan Mas Nyoman nyaris melayang dari kepalanya dan pastinya berhasil meninggalkan pengendara Revo sejauh dua "Bang Jo" dengan sukses.
Namun, tampaknya kemenangannya harus dibayar dengan agak mahal. Meskipun dia berhasil mengalahkan Revo keluaran baru dan mendapat pengakuan dari pengendaranya, Mas Nyoman harus kehilangan sesuatu yang penting saat tiba di "Bang Jo" ketiga.
Ketika lampu berwarna hijau, seperti biasa, Mas Nyoman tancap gas sekencang mungkin agar motornya bisa segera melaju. Tapi berkali-kali dia nyalakan gas-nya sekencang mungkin motornya tetap bergeming tidak bergerak sedikitpun dan hanya bergetar. Dikarenakan antrian kendaraan di belakangnya yang terus membunyikan klakson menunggu mas Nyoman yang tidak jalan-jalan juga, terpaksa Mas Nyoman dan rekannya turun dari motornya dan membawanya ke tepi jalan dengan manual saja, alias dituntun teman-teman.
Satu-persatu Mas Nyoman memeriksa grand '96-nya. membungkuk, meraba Dari ujung depan hingga belakang, dari samping ke samping, dari atas ke bawah, hingga ditemukan ketidaklengkapan dari motornya.
Mas Nyoman yang tampak tidak percaya dengan apa yang dia temukan, menegakkan tubuhnya sambil garuk-garuk kepalanya.
"Piye Mas? apane sing rusak?" Patnernya bertanya berusaha memastikan apa yang terjadi.
"He.... rantainya ilang, yo ra iso jalan ki." Mengingis dengan muka tidak bersalah Mas Nyoman menyatakan halnya.
"Lha terus piye Mas?" Mulai menampakkan wajah cemas sambil ditutupi senyum terpaksa si patner mencari jawaban.
"Yo... ra sido mulih, wong aku wis ra duwe duwit. Sek telpon pren pren wae, ben ditarik sampai kontrakan meneh, trus kita ngutang dulu sama yang lain untuk kebutuhan kita, minimal seminggu ke depan, pokoke sampai dapat rantai baru hehehe..." santai dan tanpa beban mas Nyoman ngobral pada patnernya. Lalu dia mengeluarkan handphonnya dan meng-calling beberapa teman.
Nasib Rek, mau jadi Valentino Rossi kok malah melasi.

"Taklukkan Mio"
Godaan terberat bagi seorang pembalab dalam angan-angan adalah jika ditantang untuk balalapan. Jika menolak, gengsi dianggap cemen. Kalau diterima, kok motornya kayak kiyek. Inilah yang kembali dilakoni Mas Nyoman saat pengendara Mio secara tidak langsung menantangnya untuk balapan di jalanan kota Jogja. Namanya gengsi tinggi plus semangat udah lama gak ngebut sejak insiden rantai motor, ya ayo aja kata Mas Nyoman. Lap pertama di menangkan oleh Mio karena Keunggulan Tarikannya yang enteng dan gak perlu injak-injak persneling setelah berhenti di BangJo. Tapi Lap-Lap selanjutnya jangan tanya, Sudah bisa dipastikan Mas Nyoman menak mutlak. Yah, maklumlah, motor matik masih kalah dengan mesin Grand '96 Mas Nyoman. Namun sayang, saat tiba di garis finis Mas Nyoman harus putar balik ke garis Start, dikarenakan tutup AKInya melayang entah dimana saat dia ngebut tadi. Alhasil dia diketawain habis-habisan oleh saingannya,
"Kenapa Mas, balik maning ya wkkkkkk.... ."
bagusnya setelah dua lampu BangJo dia lewati, ditemukannya si tedeng dan masih dalam keadaan utuh meskipun terlempar kesana-sini oleh berbagai kendaraan.
"Slamet-slamet gak dimarahin bapak." Katanya sambil mengelus dadanya saat memungut tedeng dari tengah jalan raya yang ruame.


"Nabrak Orang?!"
Berapa kalipun gagal, juara tidak akan pernah menyerah. Itulah Mas Nyoman. Setelah beberapa kali menorehkan prestasi dngan catatan, dia tetap berusaha untuk menjasi pembalap. Bahkan jika tidak ada seorangpun yang tidak bisa diajak balapan, maka pembalap hayalanpun tak mengapa.
Salah satunya saat dia bersama anak dari anaknya adiknya simbah kakungnya, berboncengan menikmati malam hari di jalanan sepi Jogja untuk mencari menu makan malam yang lain-dari yang lain, karena tukang nasi goreng yang biasa lewat gak lewat, gas untuk masak hampir habis dan kebetulan uang saku masih buanyak.__panjang bener kalimatnya__
Karena tidak ada saingan yang naik motor dengan kencang, maka Mas Nyoman berhayal dia sedang balapan dengan Casey Stoner. dia mengeluarkan kemampuannya, menikung, berbelok-belok seakan berada dalam lintasan Moto GP di Australia. Kecepatan terus dinaikkan dalam suasana jalanan yang remang-remang, hanya diterangi lampu motor seadanya, hingga tiba-tiba, "dug!!" sebuah menda keras menghantam kaki Mas Nyoman dan jatuh ke belakang motornya.
" Hah, nabrak orang? cepat turun! ndang midok!" panik yang bercampur bingung Mas Nyoman menyuruh temannya turun untuk memastikan apakah dia benar-benar menabrak orang, padahal dia masih mengendarai motornya dengan kencang.
"Lha motore durung mandeg Mas." kata temannya.
"O iyo, ayo balik sek!" Mas Nyoman yang menyadarai kekeliruannya segera memutar motornya 180 derajat menuju benda yang tadi berguling di kakinya. "Piye? uwong opo dudu?"
"Dudu Mas, iki tedeng motormu!" kata temannya ringan.
Mas Nyoman pun melihat ke arah motornya yang tedengnya tinggal sebelah, lalu keduanya pun tertawa terbahak-bahak menyadari apa yang terjadi.
Tapi jangan pernah berpikir Mas Nyoman kapok punya jiwa pembalap, karena sekarang dia justru memprotholi semua tedengnya, sehingga dia tidak perlu khawatir barang-barangnya melayang saat dia ngebut. Saluuut!!