Rabu, 23 Desember 2009

Jamaah… pindah

“Sebaik baik Masjid bagi wanita adalah rumahnya”. Pasti sudah sering dengar Hadits ini. Mohon maaf, gak mencantumkan perowinya soalnya lupa (sekarang lupa, besok gak tahu). Tapi bukan berarti kaum wanita gak boleh beribadah di Masjid yang sebenarnya, lha wong Rosulullah saja tidak melarang istri dan anak perempuannya ke beribadah ke Masjid. Namun sayangnya, kebanyakan dari kita lebih berpegang pada statement “Sebaik baik Masjid bagi wanita adalah rumahnya”.
Lihat saja di hari jumat, masjid dipenuhi oleh kaum adam, bahkan seperti ada larangan kalau saat sholat jumat berlangsung tidak boleh ada perempuan yang masuk ke masjid tersebut. Dari situ aku mulai bertanya-tanya, kenapa? Yang lebih aneh lgi kaum hawanya justru menbuat acara sendiri saat menjelang sholat jumat hingga sholat usai, seperti liqo’at/ halaqoh di tempat lain, yang seakan menunjukkan mereka membuat acara penggganti untuk Sholat jumat. Aneh…
Contoh lain yang lebih parah, di beberapa masjid yang pernah aku kunjungi, jamaahnya hanya lima orang sudah termasuk paket imam. Paling mentuk delapan atau sembilan orang. Itupun kalau bukan simbah2 ya anak kecil. Padahal penduduknya semuanya muslim. Kebetulan juga sedang di rumah atau tidak bekerja saat waktu sholat tiba. Mereka malah asik ngobrol ngalor ngidul gak jelas. Apalagi ibu2 dan mbak2nya, sami mawon. Entah yang ngerti atau yang gak ngerti agama, dengar adzan mboh ra weruh, mengko wae sholat di rumah.
Kenapa soal ibadah yang begitu musti ada diskriminasi/ padahal kalau demonstrasi juga tumpleg bleg di satu tempat. Kasihan masjid2 yang sudah dibangun sedemikian indah untuk beribadah, hanya digunakan segelintir orang. Mubadzir kali….terus siapa yang bakal ngisi shof2 kosong itu? Syaitan kah?