Minggu, 14 Februari 2010

Minyak Tanah.... Dimanakah Kau Berada?

Langka dan mahal. Dua hal yang berkaitan untuk melukiskan keadaan minyak tanah saat ini. Sekarang untuk mencari satu liter minyak tanah saja, banyak orang harus berputar dari kecamatan hingga kabupaten. Sudah begitu, kalaupun dapat pasti mepet dan harganya mahal, lebih mahal dari bensin. Jika harga bensin sekarang Rp. 4500 per liternya, minyak tanah dihargai Rp. 8000 per liter, itupun harus ngorbanin bensin untuk muter2 nyari agen yang jual minyak tanah, atau musti nggenjot onthel sampai betis gedhe2 nyaris varises plus ngantri sekian hari dan dapetnya paling cuma seliter, itu kalau daper, kalau sudah habis ya nunggu lagi.
Kok keadaan berubah begini ya? padahal dulu minyak tanah cuma seharga 500 perak perliternya, itupun nyaris bisa di dapat di setiap warung, lha terus lari kemana tu minyak tanah?
Memang sih sekarang sudah ada konversi minyak tanah ke gas, dapat kompor gas gratis pula. Namun minyak tanah bukan cuma untuk masak, banyak yang butuh, seperti untuk bahan bakar mesin diesel buat ngairin sawah (masih banyak mesin diesel yang berbahan bakar minyak tanah), lha sekarang kan hujannya juga gak jelas, kadang sampai banjir, tapi seringnya malah panas hingga kering kerontang. Terus buat bahan bakar lampu minyak kalau lagi mati lampu, sekarang kan lagi musim pemadaman bergilir, kalau belajar masak gelap2an? Sudah begitu kalau pake lilin, tidak tahan lama dan boros pula. Dan banyak yang lain yang mungkin gak penting bagi sebagian orang seperti membunuh ulat, hama, sarang semut dan sebagian penduduk yang belum kebagian kompor gas bantuan beserta tabung gasnya.
Namun, untungnya sebagian besar masyarakat yang bergantung pada minyak tanah bukan orang yang mudah menyerah. Contohnya para petaninya, gak ada minyak tanah ya pake ganti yang lain. Adanya gas dan bensin ya dipake yang ada to? Meskipun akhirnya mesin harus rusah dan opname di bengkel dengan biaya service yang biayakkan, yang penting sawah basahlah.
Kalau lagi mati lampu, ya pake seadanya, meski harus bikin lilin sendiri biar lebih panjang dan tahan lama. Terus kalau masak ya grese kayu di pinggir bengawan atau di tukang jual kayu, kalaupun asapnya kemeluk mbuleki tanggane, nggih resiko, lha mboten gadhah minyak plus dereng saget tumbas kompor gas je... hah... gak kajen teman-teman