Mengubah suatu kebiasaan dan menggantinya sesuatu yang benar-benar baru memnaglah bukan cara yang mudah. Ini terjadi juga dengan pemilu legislatif tahun ini. Yah, lihat saja seberapa besar kertas suara dan cara memeberikan suara, bukan lagi men”coblos’ tapi men”contreng”. Beberapa dari kita asti sudah membayangkan bagaimana kelucuan yang bisa terjadi jauh-jauh hari sebelumnya. Ha....ha...haa... (ketawa dulu soalnya sudah gak bisa nahan).
Kita mulai dari kelucuan pertama yang terjadi di TPS 6, RT 08, desa XX-lah, pokoknya somewhere in Sragentina. Ceritanya ada nenek-nenek yang mau nyontrenglah istilahnya, meskipun waktu baru datang nenek itu bilangnya mau nyoblos. Nah, nenek itu kebetulan gak ngerti caranya, terus minta tolong sama orang disitu buat nyontrengin caleg pilihannya. Langsung deh situasi tidak lagi meunjukkan sifat yang Langsung Umum, Bebas dan Rahasia, karena kertika nenek itu dibantu, otomatis semua saksi dari semua partai ikut nimbrung menyaksikan kejujuran orang yang dimintai bantuan si nenek tadi. Sudah begitu neneknya ngomongnya kerasa banget, “ mas katanya saya disuruh milih partai no sekian dan calegnya nomor sekian.” Yaudah semuanya yang ada di lokasi pemilihan taulah apa yang dicontreng sama nenek itu. No secret anymore!
Kelucuan kedua, dari nenek-nenek juga, yang nyontrengnya bukan di kerttas suara yang ada gambarnya, tapi justru di bagian belakang kertas suara yang ada logo Kpu, ttd KppS, dsb itulah. Ngeri-ngeri-ngeri.
Ada lagi ibu-ibu yang lamaaa banget di bilik suara sambil berkali-kali membolak-balik kertas suara, dan mengeluarkan satu kata: ‘bingung mas’. Alhasil si ibu itu malah dimarahin sama orang-orang. Kasihan ya.
Nah kalau sudah begini siapa yang mau disalahkan, sosialisasi yang salah dan yang gak intensif juga sih. Habis KPPS gak ngasih tau dengan cara yang benar plus ngasih taunya cuman sekali jadi simbah-simbah yang sudah tua itu pada bingung, dong dong deh jadinya. Kayak kata pepatah tu, belajar di usia tua itu ibarat menulis di atas air, alias gampang ilangnya daripada ingatnya. Gak percaya coba aja nulis di air!
Tapi, Selain yang lucu-lucu ada juga tragedi di TPS 6, ada dua orang pingsan alias tidak sadarkan diri setelah memberikan suaranya. Wah jangan-jangan tenaga mereka habis saat melakukan pencontrengan. Tetapi untunglah banyak sukarelawan yang segera memberikan pertolongan pertama pada korban dengan cara berteriak, “eh piye piye piye iki.” Dan pertolongan selanjutnya diberikan oleh petugas keamanan, keluarga korban dan beberapa masyarakat setempat yang memiliki kesempatan untuk berbuat baik, demikian sekilas info.
Yah inilah salah satu cermin, gimana susahnya merubah kebiasaan. Makanya perlu juga pemahaman pendidikan modifikasi perilaku. Bukan sekedar menutup perilaku yang sudah ada, tapi juga menanamkan perilaku yang baru dengan benar, iya kan teman-teman.....