Senin, 20 April 2009

Kalau pemimpin “sungguh terlalu”

Kalau pemimpin “sungguh terlalu”
Sebut saja pak J, ketua KPPS di salah satu TPS di Indonesia. Beliau itu punya tujuh staff anggota KPPS. Tapi hampir semua gawean KPPS dihandle sama bapak J ini. Mulai dari nulis nama-nama pemilih di DPT ke undangan buat para pemilih tetap, ngedarin undangannya sampai tetek bengek yang lain. Yah emang semua ga dikerjain sendiri sih, misalnya waktu nulis undangan buat pemilih yang jumlanya 300 sekian nama itu, dia nyuruh anaknya, soalnya bapak J sadar diri karena bakat dokter yang dia miliki, yaitu pada bakat tulisan dokter, alias tulisannya susah dibaca. Tapi bapak J tidak semena-mena memperbudak anaknya, dia berikan 10% dari upahnya sebagai KPPS buat mengupah anaknya yang udah bantu dia.
Emang dasar ya tu bapak, beliau kan bisa minta tolong staffnya, kok malah nyuruh anaknya. Kan temennya bayarannya sama juga. Kalau begini bukan salah para staff kalu mereka dituduh makan gaji buta dong, aya kan? iya dong! bener kan? bener dong! Tapi staffnya juga gak punya inisiatif gitu, masak gak tau kerjaan KPPS.
Tugas selanjutnya, mengedarkan undangan buat para pemilih. Kali ini pak J cukup bijaksana, karena beliau bersedia menggunakan tenaga staffnya untuk membagikan undangan, dibagi berdasarkan RT masing-masing staff. Sementara di RT tempat Pak J, yah dibagiin sama pak J sendiri.
Sosialisasi?!!! Gak tau tugas siapa? Pak J cuman ngasih sosialisasi cara mencontreng di Rtnya saja, itupun Cuma beberapa kali. Itupun atas inisiatif sendiri, sebab atasannya KPPS gak segera ngasih pinjam contoh kertas suara buat sosialsasi.
Tugas selanjutnya, meneliti, pemilih yang belum dicantumkan+pemilih yang gk ada ditempat, pindah dsb. Pak J juga nanganin sendiri, gak sndiri mutlak sih, biasa... mengandalkan anaknya yang masih pinter buat mengingat nama orang dan membaca nama-nama yang sulit.
h-1, kerja bakti untuk tempat pemilihan, kali ini pak J minta bantuan staffnya, biar ga mubadzir tenaganya he3x.
PEMILU datang... yah sebagai ketua KPPS harus datang paling awal, lakukan tugasnya dan duduk paling sibuk, kasihan juga lihat wajah pak J di belakang smeja dengan tumukan surat suara yang segitu banyak. Tapi beliau kan mau ngerjain ngapain aku yang aksihan iya kan..!
Saat penghitungan suara, ketua KPPS juga yang musti keluar banyak tenaga. Pegang surat suar yng segitu lebarnya sambil teriak-teriak sekian kalimat untuk sekian ratus kali. Capek pak?
Tapi waktu ditanya soal kerjaannya, bapak Cuma bilang begini: “ ngapain bikin susah oranglian, kita tau sama-sama repot, yang penting saya tidak keberatan. Biarlah Allah yang menilai, kita ngakoni sajalah!”