Jumat, 27 November 2009

KCB itu film horor, action atau komedi sih? kok.....


Seharusnya, sebagai seorang penonton yang pinter, mestinya bisa menjiwai setiap adegan di dalam film. Yah tidak harus pinter juga, minimal sebagai manusia normal kalau lihat adegan sedih, sendu yang sesendu-sendunya, semestinya ada kan rasa sendu juga meskipun gak gede2 amat. Misalnya kalau dalam adegan dimana si pemain sangat sedih diiringi musik yang sedih juga seperti Bunga Seroja atau sejenisnya. namun ini berbanding terbalik dengan aku dan adikku si bidadari bermata besar. Saat kami berdua nonton bareng Film Ketika Cinta Bertasbih atau lebih singkatnya dibilang KCB, bukannya menonton dengan hikmat dan tenang layaknya nonton film religi yang bagus, tapi kami berdua lebih terlihat seperti nonton film Action, dan kadang terlihat seperti sedang nonton film horor, karena kami harus naik turun ke ranjang, teriak2 tidak jelas sampai membangunkan tetangga (kalau yang ini dilebih-lebihkan), dan mengundang tamu2 yang tak diaundang (opo toh).
masalahnya bukan pada adegan filmya yang histeris, soalnya kita justru berteriak saat Tiara menikah dengan Ustadz Zulkifli sementara yang menyanyi di walimahannya adalah orang yang sangat dicintainya, dan Tiara ini nangis2 gitu. Ditambah lagu yang dinyanyiin iramanya melayu yang mendayu-dayu bangetlah. Nah saat itulah kita berdua langsung meloncat ke atas ranjang dan berteriak, "Wah..., MasyaAllah, Mak e..." Pokoknya semua teriakan yang sudak kami pelajari dari lingkungan baik secara sadar maupun tidak sadar.
Adegan kontras yang selanjutnya adalah saat si Ana mau menikah dengan furqon dan mengatakan dia ingin menjadi seperti Fatimah yang tidak pernah dimadu. Adegannya gak terharu banget sih tapi reaksiku lebih keren daripada Wiro Sableng saat menghadapi musuhnya lho, cuma bedanya dengan jurus yang tidak karuan dan awut-awutan.
Apa yang mengakibatkan semua penyimpangan sosial itu terjadi?
Semua itu dikarenakan oleh Kodok. Bukan karena ada kodok dalam film KCB itu, bukan juga karena sutradara filmnya jualan kodok dan juga bukan karena Azam nyambi jualan kodok, tapi ada kodok yang tiba2 nongol di depan monitor saat beberapa adegan terjadi. Mungkin reaksiku berlebihan untuk orang yang nota bene tidak lemah lembut dan tidak feminin, tapi masalahnya kodok adalah salah satu musuh besarku disamping binatang2 buas dan beracun lainnya. dan yang lebih parahnya lagi, kodoknya adalah jenis yang bisa melompat tinggi, bisa memanjat dan suka kencing sembarangan.
Sebenarnya aku sudah berhasil mengusirnya, tapi dia balik lagi datang ke kamarku saat filmya mau habis. Sudah begitu masuk kamarnya itu gak salam, Assalamualaykum, atau gimana, eh... langsung nyuelonong gak sopan, wis langsung nangkring di depan monitor juga. Wah, jangan2 tu kodok pingin nonton KCB juga ya....
berarti keren yang bikin film, karena bukan cuma manusia yang nonton, kodok juga....
Subhanallah......